ISIS : Antara Jihad & Terorisme

Oleh Abd.Mukti,S.Ag
      PEREKEMBANGAN kelompok militan dan radikal Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) yang semakin menggemparkan dunia dewasa ini, telah menjadi fokus perhatian utama beberapa negara termasuk Indonesia. Terutama pasca 16 Warga Negara Indonesia(WNI) yang berusaha ke Suriah yang diduga BIN akan bergabung dengan ISIS, dan dalam pemberitaan terakhir melalui media massa mereka juga menolak dideportasi ke Indonesia oleh Pemerintah Turki.
     Walau telah dinyatakan sesat dan membahayakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI),kelompok yang mendeklarasikan khilafah ini masih diminati oleh banyak orang untuk bergabung.Tak terkecuali WNI.  Harianterbit.com (13/3)menyebutkan, jumlah WNI yang bergabung dengan kelompok radikal dari Timur Tengah ini tidak kurang dari 600 orang. Jumlah ini tentu akan semakin bertambah jika tidak dikendalikan secara intensip.
    Sumber itu menyebut, motif bergabung ke ISIS antara lain karena ideologi yaitu panggilan berjihad, juga bermotif karena adanya sentiment ketidakadilan.“Kalau BIN menyimpulkan bermotif uang, alasan sangat sederhana. Padahal yang sebenarnya adalah soal tuntutan ideologi,” ujar sumber tersebut. Tapi sayang, ‘jihad’ versi mereka bukan saja bertentangan dengan Islam tapi juga menodai Islam yang suci nan indah.
Jihad Bukan Terorisme
     Jihad jelas bukan terorisme. Jihad adalah bagian dari Islam. Sementara terorisme sangat dikecam dalam Islam. Islam yang diturunkan oleh Allah SWT melalui rasul-Nya ke dunia ini adalah sebagai ‘rahmatan lil’alamin’, rahmat untuk semesta alam. Didalam Islam, mulai dari Nabi Adam as sampai Nabi Penutup Muhammad SAW tidak mengajarkan kekerasan atau terorisme. Dalam Alquran disebutkan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun agar bertutur kata dengan lemah lembut kepada Fir’an (Q.S.Thaha : 44 ).Padahal Fir’aun adalah gembong kafir yang sangat sombong, yang mengklaim dirinya sebagai tuhan.(Q.S.An-Nazi’at : 24).
     Jihad adalah upaya mengerahkan segala potensi yang ada untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi ini. Sementara lapangan jihad itu sangat luas seluas ajaran Islam sebagai agama universal. Jihad tidak mesti harus mengangkat senjata untuk berperang. Tetapi semua bentuk perjuangan yang mendukung akan tegaknya agama Islam di muka bumi Allah ini, dan dapat meningkatkan keluhuran umatnya. Baik dengan cara berdakwah, dengan harta benda dan pikiran maupun tenaga. Itu semua masuk dalam kategori jihad fisabilillah.
     Islam tidak menghendaki adanya peperangan, melainkan kedamaian. Dan Islam hanya menuntut tegaknya hukum Allah SWT. Karena itu perang hanyalah merupakan bagian dari jihad. Dan perang dapat dilaksanakan apabila memang kondisi memaksakan, seperti umat Islam terzalimi, diusir dari Tanah Airnya, dilarang untuk melakukan ibadah, difitnah terus menerus sehingga dakwah Islam tidak bisa dilaksanakan. Disini kita diizinkan untuk berjihad dalam arti perang mempertahankan musuh.
     Bahkan jihad melawan hawa nafsu (jihadunnafsi) menurut Rasulullah SAW adalah merupakan bagian dari pada bentuk jihad yang paling berat. Sebab, hawa nafsur sumber kemunafikan, kedengkian, kesyirikan maupun sumber penyakit iman lainnya, yang menyebabkan hancurnya ajaran Islam. Demikian pula sumber kemalasan yang menyebabkan kemunduran dan kebodohan. Oleh sebab itu, jihad yang paling afdhal adalah perjuangan melawan hawa nafsu,sebagaimana yang ditegaskan Rasul :” Jihad yang paling afdhal adalah jihadnya seseorang terhadap hawa nafsunya” (HR.Ibnu Najjar dari Abu Dzar).
     Jihad disamping kewajiban, ia adalah merupakan kunci dalam pembangunan Islam, dan ia sangat menentukan  akan luhur tidaknya dienul Islam dan umatnya. Maka Islam tanpa jihad tidak akan berkembang dan maju. Sebaliknya, jihad tanpa ruh Islam tidak akan punya arti apa-apa disisi Allah SWT.
     Sungguh cukup banyak ayat-ayat Alquran yang selalu mengaitkan antara iman dan jihad (Q.S.Al-Hujurat : 15). Orang-orang yang berjihad di jalan Allah, mereka tidak hanya memperoleh keluhuran di dunia semata, tapi mereka akan mendapat tempat yang amat luhur di sisi Allah di akhirat nanti.(QS.At-Taubah : 20). Dan mereka yang gugur sebagai syuhada, sekalipun secara kasat mata telah gugur, mereka tidak boleh dikatakan telah mati. Sebaliknya, mereka diberitakan tetap hidup dan mendapat limpahan rezeki dari sisi-Nya (QS.Ali Imran : 169).
     Alangkah mulia dan indahnya jihad itu dalam Islam. Oleh karena itu untuk ‘berjihad di jalan Allah’ harus didasari ilmu ,iman, dan Islam yang kokoh agar tidak terjebak dalam tindakan terorisme yang dilarang oleh Islam. ”Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya”.(QS.Al-Maidah : 32).
     Ini artinya, bahwa Islam anti kekerasan dan terorism. Untuk itu, siapapun yang ingin berjihad di jalan Allah, harus benar-benar ikhlas mengharap ridha Allah dalam rangka menegakkan agama Islam di muka bumi ini yang tentu saja jihad yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran dan nilai-nilai Islam sebagaimana yang telah diuraikan diatas.
     Jadi, apa yang dilakukan oleh militan ISIS dengan membantai dan membunuh sesama itu jelas bukan jihad tapi justru masuk dalam kategori terorism yang secara nyata dilarang dalam Islam. Tindakan teror yang dipertontonkan ISIS adalah tindakan yang menghalalkan segala cara untuk merekrut sasarannya dengan cara paksa jelas bertentangan dengan Islam yang mengajarkan “La ikroha fiddien”-Tidak ada paksaan untuk memeluk agama Islam.(Q.S.Al-Baqarah : 256).
     Tindakan teror yang dilakukan oleh kelompok radikal ISIS itu bisa terjadi karena berangkat dari paham dan pemikiran yang radikal. Mereka menganggap bahwa hanya paham merekalah yang benar. Inilah yang disebut dengan radikalisme agama.Suatu paham  yang ‘ta’shub’ atau terlalu fanatik pada satu madzhab.Sementara madzhab lainnya dianggap salah. Atas backround paham sesat inilah muncul tindakan teror dan kekerasan.
     Jadi, sangat jelas untuk membedakan mana yang jihad dan mana yang terorisme.Mudah-mudahan saudara-saudara kita yang sudah bergabung atau akan bergabung dengan ISIS akan sadar bahwa mereka bukan sedang atau akan berjihad tapi justru terjebak dalam terorisme yang dikecam Islam. Nasrun Minallah Wa Fathun Qarieb.
                                                Penulis adalah Pemerhati Kehidupan Beragama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *