KEPALA SEKOLAH DIUJI SAAT PANDEMI CORONA. INI 5 STRATEGI NURAINI, KEPSEK DI TANJAB BARAT AGAR PEMBELAJARAN TETAP BERJALAN

Tanjab Barat, – Siswa yang berkualitas tentu dihasilkan oleh proses yang tidak mudah, salah satunya melalui guru-guru yang tidak kenal lelah mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan dan penemuan hasil dari proses pembelajaran.

Capaian keberhasilan siswa tidak hanya pada saat pembelajaran tatap muka di kelas, namun bagaimana pembelajaran daring tetap berlangsung di tengah pandemi.

kepala sekolah kini diuji dengan adanya pandemi dan bagaimana mewujudkan pembelajaran tetap berjalan.

“Saat ini dunia pendidikan sedang diuji dengan adanya Covid-19, walaupun belajar dari rumah, semangat itu tidak boleh luntur, siswa harus tetap memperoleh pembelajaran bermakna,” ujar Medi Yusva, Provincial Coordinator Tanoto Foundation Jambi, Kamis, (2/7) di Jambi.

Medi menambahkan, di tengah pandemi ini, peran kepala sekolah sangat penting menggerakkan guru untuk tetap melaksanakan fungsi guru, salah satunya pembelajaran.

“Misalnya dukungan berupa pengalokasian dana BOS untuk pembelajaran daring. Tanoto Foundation mendukung kepala sekolah melalui pelatihan cara penghitungan dana sekolah di saat pandemi,” tambahnya.

Menarik pengalaman Nuraini, kepala SDN 03/V Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat Jambi sebelum dan selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh.

*1. Memanfaatkan WhatsApp untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)*

Sebelum melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), Nuraini mengkondisikan semua wali kelas, mulai dari kelas I sampai kelas VI untuk mempersiapkan belajar dari rumah sesuai anjuran pemerintah.

“Kan memang harus kita persiapkan sebaik-baiknya ya, salah satu media yang familiar adalah WhatsApp, ya kita gunakan, tinggal memperkuat,” ujar Nuraini.

Nuraini memberikan pengetahuan praktis kepada para wali kelas agar dalam pembelajaran daring siswa tetap mendapatkan pembelajaran bermakna sebagaimana pembelajaran tatap muka.

“Wali kelas tetap kita gerakkan ya, tidak bisa ditinggal begitu saja,” tambahnya.

*2. Menyusun ulang RKAS di masa Pandemi*

Setelah dilanda pandemi, tentu saja rencana dan anggaran sekolah mengalami perubahan. Mau tidak mau Nuraini harus menyusun ulang Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS). Seperti halnya di awal tahun ajaran baru.

“Ini kan sesuatu yang tidak bisa kita duga-duga ya, sebagai Kepala Sekolah harus menyusun ulang RKAS, dan mencari alokasi lainnya untuk memenuhi kebutuhan anggaran sekolah selama pandemi,” kata Ibu Nur, panggilan akrab Nuraini.

Untungnya, dukungan orangtua dirasa Nuraini sangat membantu selama pembelajaran dari ruma.

“Coba bayangkan, orangtua butuh kuota internet, jadi kita harus memberikan pengertian kepada mereka,” tukasnya.

*3. Mengidentifikasi guru yang memiliki kemampuan memanfaatkan teknologi dan yang tidak*

Nuraini mengakui setelah adanya pandemi mengharuskan guru melakukan pembelajaran jarak jauh yang artinya menggunakan teknologi. Namun Nuraini mengakui tidak semuanya guru bisa mengoperasikan kemajuan teknologi.

“Jangan dulu berbicara Zoom, Cisco Webex, Google Classroom atau yang lainnya, untuk mengoperasikan perangkat laptop saja masih ada yang harus ditingkatkan lagi kompetensinya,” ujarnya.

Penemuan di lapangan tersebut membuat Nuraini melakukan pemetaan dengan mengumpulkan kekuatan siapa saja guru yang sudah bisa mengoperasikan laptop, dan bisa melakukan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan teknologi aplikasi seperti Zoom tadi.

Nuraini berharap dukungan guru-guru yang menguasai teknologi dengan mengajarkan temannya yang tidak bisa memanfaatkan teknologi bisa memperpendek jurang pemisah antara guru satu dan lainnya.

“Ada manfaatnya ya, jadi saya bisa mengajak semua guru yang bisa untuk mengajarkan guru lainnya yang belum bisa,” tambah Nuraini.

*4. Membelikan kuota untuk guru dan memasang WiFi sekolah*

Datangnya Covid-19 memang mengubah segalanya, demikian yang disampaikan Nuraini. Karena adanya pandemi, pihaknya langsung membelikan kuota bagi para guru untuk melakukan pembelajaran dari rumah.

“Agar tidak membebani guru, setelah menghitung ulang RKAS, kita anggarkan untuk pembelian kuota bagi para guru, agar lancar selama belajar dari rumah,” katanya.

Selain membelikan kuota bagi guru, Nuraini juga memperkuat jaringan internet di sekolahnya, agar jika ada guru yang ke sekolah tetap melakukan pembelajaran, juga untuk mempermudah staf tata usaha dalam menjalankan tugasnya.

“Protokol kesehatan tetap dijalankan, menjaga jarak dan memakai masker walaupun guru ke sekolah,” kata Nuraini.

*5. Memfasilitasi orang tua siswa yang tidak memiliki gawai pintar untuk mengambil penugasan siswa ke sekolah*

Salah satu peran kepala sekolah yang bisa dilakukan, menurut Nuraini, adalah kerja sama dengan orang tua, seperti meminta orang tua yang tidak memiliki gawai untuk mengambil tugas, lembar kerja peserta didik (LKPD) di sekolah.

Peran orang tua tidak bisa dihilangkan semasa Covid-19 ini untuk memberikan pendampingan kepada anak dalam pembelajaran di rumah.

“Ini yang penting, memberikan pemahaman kenapa kita harus belajar dari rumah. Sehingga jika ada siswa yang tidak memiliki gawai maka solusinya bisa datang ke sekolah dengan protokol kesehatan, seperti layanan drive thru,” kata dia.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *